ADI SURYANTO (@Adi_Sur77) "POLITEKNIK SAWUNGGALIH AJI"

Kamis, 04 Desember 2014

Pengaruh Budaya Terhadap Perilaku Konsumen



Pengaruh Budaya Terhadap Perilaku Konsumen
Dalam kaitannya dengan perilaku konsumen, budaya dapat didefinisikan sebagai sejumlah total dari beliefs, values, dancust oms yang dipelajari yang ditujukan pada perilaku konsumen dari anggota masyarakat tertentu.
Lebih luas lagi, baik values maupun beliefs merupakan konstruk mental yang mempengaruhi sikap yang kemudian berpengaruh terhadap kecenderungan seseorang untuk bertindak terhadap perilaku tertentu.
Contohnya : seseorang memilih antara merk jam GUESS atau Alexander Christtie ketika memilih, dia akan menggunakan values dan beliefs yang berupa persepsi terhadap kualitas yang akan didapat dan persepsi mengenai seberapa terkenal dan banyaknya orang yang menggunakan produk tersebut.
Berikut ini akan dibahas 7 aspek negara Jepang tersebut beserta contoh bahwa budaya luar masuk ke Indonesia sehingga memperngaruhi dalam perilaku konsumen :
1.     Health ( segi kesehatan)
Orang-orang di Jepang sangat memperhatikan kesehatan dan kebugaran tubuhnya, bahkan untuk para wanita nya tubuh kurus langsing merupakan hal yang mutlak dimilik oleh setiap wanita dan ini telah dianggap sebagai suatu nilai inti.. Berdasarkan trend atau budaya ini, berkembang suatu pendapat bahwa memang budaya lah yang menyebabkan pola perilaku masyarakat jepang berubah dan meningkatkan daya beli produk-produk yang sifatnya melangsingkan atau menyehatkan tubuh.
Contoh : budaya Jepang tentang bahwa wanita langsing itu lebih menarik pun telah masuk ke Indonesia, untuk itulah banyak produk-produk cina yang menjual alat-alat olahraga seperti :JACO, DRTV dan masih banyak alat pelangsing lainnya,hal ini menyebabkan wanita Indonesia membeli alat tersebut karena factor budaya yang mengatakan bahwa perempuan langsing itu lebih menarik daripada yang tidak langsing.
2.     Youthfulness (segi keawet mudaan)
Keawetmudaan (youthfulness) sangat berbeda dengan pemuda (youth) yang merupakan suatu tingkatan umur. Orang Jepang sangat terobsesi untuk terlihat muda dan berperilaku seperti orang yang muda, meskipun berlawanan dengan usia mereka sebenarnya. Bagi masyarakat jepang, selain melalui pikiran-pikiran keawetmudaaan juga terpancarkan dari perilaku mereka, yang kadang-kadang diekspresikan melalui kata-kata seperti ³berjiwa muda´, ³bersemangat muda´, dan ³berpenampilan muda´ atau biasa disebut dengan up to date sehingga produsen kosmetik berbondong-bondong menciptakan produk yang menggambarkan betapa banyak wanita yang berperang melawan penuaan dini.
Contoh : banyak film-film jepang yang memang menampilkan bahwa gadis-gadis
disana sangatlah mempunyai kulit yang cantik,putih dan kenyal, sebenarnya budaya ini
bertolak belakang dengan warna kulit wanita Indonesia yaitu coklat atau biasa disebut dengan istilah sawo matang, tapi dengan banyaknya produk dan iklan yang masuk ke
Indonesia menunjukkan bahwa orang berkulit putih terlihat lebih menarik, untuk itulah
ada banyak produk yang beredar di Indonesia bahkan produk Jepang pemutih kulit seperti
³SHINZUI´ menampilkan iklan bahwa gadis Indonesia dengan memakai produk itubisa
terlihat seputih gadis-gadis di Jepang.
3.     Freedom ( kebebasan )
Seperti kita ketahui bahwa banyak Negara-negara luar penganut budaya kebebesan, dan salah satunya adalah Negara Jepang, dalam sejarah seperti kita ketahui Jepang selalu berpendapat bahwa kebebasan berbicara, kebebasan pers, sebagai nilai utama.Perkembangan dari kepercayaan akan kebebasan ini, Jepang percaya bahwa mereka punya kebebasan untuk memilih. Hal ini dapat terlihat dari bebasnya gaya berpakaian mereka, mulai dari pejalan kaki yang bisa menggunakan jas, sangat berbeda dengan di Indonesia, jika ada pejalan kaki yang menggunakan jas pasti terlihat aneh, hingga seragam sekolah di Jepang yang sangat unik menurut saya. Hal ini direfleksikan dengan kompetisi dari merk dan variasi produk.Pada banyak pilihan produk baik ukuran, warna, gaya, sehingga masyarakat Jepang terlihat lebihf ashionable ketimbang di Indonesia. Ini juga menjelaskan kenapa banyak perusahaan menawarkan konsumen banyak pilihan.
Contoh : budaya berpakaian yang sangatt rend di Jepang dengan mudahnya
merambat ke Indonesia melalui media massa ataupun cetak tren yang dinamakan Harajuku pun masuk dengan mudahnya, budaya bebas ekspresi dari Jepang ini mau tidak mau sangat mempengaruhi perilakumasyarakat Indonesia, dengan berbondong-bondong ikut membeli produk yang meniru gaya pakaiannya agar sama dengan orang Jepang danterlihat lebiht rendy.
4.     Efficien dan practice ( daya guna dan praktis )
Efisien merupakan sesuatu yang hemat waktu dan usaha. Sedangkan praktis berhubungan
dengan produk baru yang membuat pekerjaan dapat dilakukan dengan lebih mudah dan
memecahkan masalah.
Ilustrasi yang mudah menggambarkan hal ini adalah banyaknya makanan dan minuman cepat saji yang tersedia di berbagai tempat di Jepang, mulai dari mie instan, bubur instan, berbagai minuman botol isntan, hingga bumbu untuk memasak pun isntan. Karena memang kita tahu bahwa masyarakat Jepang sangat menghargai waktu, dan tekhnologi pula lah yang membuat semua menjadi serba efektif dan lebih praktis.
Contoh : masyarakat Indonesia pun sangat menyukai masakan-masakan cepat saji yang ditawarkan berbagai merek, mulai dari Indomie, Sardencis, dan masih banyak makanan lainnya, budaya luar, Jepang contohnya yang membiasakan diri untuk menikmati makanan cepat saji ini pun masuk ke Indonesia dan terbawa kesini. Hal inilah yang membuat masyarakat Indonesia pun jadi terbiasa dengan makanan-makanan cepat saji tersebut.
5.     Activity ( aktivitas)
Menjadi sibuk merupakan bagian dari gaya hidup masyarakat Jepang. Gaya hidup ini seringkali dikomentari oleh pendatang dari luar negri, kenapa orang-orang Jepang selalu berlari´ dan sepertinya tidak pernah menjadi relax. Aktivitas ini memiliki dampak pada konsumsi barang.
Contoh : di Indonesia budaya aktifitas yang padat seperti ini pun sangat terlihat bahwa waktu adalah uang, Contohnya di McDonald’s dan KFC, banyak orang yang menginginkan untuk dilayani dengan cepat, ketimbang mempersiapkan makanan ketika mereka sedang dalam rumah pada pagi hari karena menurut mereka itu hanya akan menghabiskan waktu dan tenaga saja.
Jadi, dengan memahami beberapa bentuk budaya dari masyarakat, dapat membantu penjual atau produsen dalam memprediksi penerimaan konsumen terhadap produk mereka. Mulai dari bagaimana tanggapan konsumen, reaksi konsumen, ataupun kritik dari konsumennya

0 komentar:

Posting Komentar