Faktor-faktor yang
mempengaruhi Kualitas Pelayanan
a. Tangibles / Bukti langsung
Tangibles merupakan bukti nyata dari kepedulian dan perhatian yang diberikan oleh penyedia jasa kepada konsumen. Pentingnya dimensi tangibles ini akan menumbuhkan image penyedia jasa terutama bagi konsumen baru dalam mengevaluasi kualitas jasa. Perusahaan yang tidak memperhatikan fasilitas fisiknya akan menumbuhkan kebingungan atau bahkan merusak image perusahaan.
b. Reliability / Keandalan
Reliability atau keandalan merupakan kemampuan perusahaan untuk melaksanakan jasa sesuai dengan apa yang telah dijanjikan secara tepat waktu.Pentingnya dimensi ini adalah kepuasan konsumen akan menurun bila jasa yang diberikan tidak sesuai dengan yang dijanjikan. Jadi komponen atau unsur dimensi reliability ini merupakan kemampuan perusahaan dalam menyampaikan jasa secara tepat dan pembebanan biaya secara tepat.
c. Responsiveness / Ketanggapan
Responsiveness atau daya tanggap merupakan kemampuan perusahaan yang dilakukan oleh langsung karyawan untuk memberikan pelayanan dengan cepat dan tanggap. Daya tanggap dapat menumbuhkan persepsi yang positif terhadap kualitas jasa yang diberikan. Termasuk didalamnya jika terjadi kegagalan atau keterlambatan dalam penyampaian jasa, pihak penyedia jasa berusaha memperbaiki atau meminimalkan kerugian konsumen dengan segera. Dimensi ini menekankan pada perhatian dan kecepatan karyawan yang terlibat
untuk menanggapi permintaan, pertanyaan, dan keluhan konsumen. Jadi komponen atau unsur dari dimensi ini terdiri dari kesigapan karyawan dalam melayani pelanggan, kecepatan karyawan dalam melayani pelanggan, dan penanganan keluhan pelanggan.
d. Assurance / Jaminan
Assurance atau jaminan merupakan pengetahuan dan perilaku employee untuk membangun kepercayaan dan keyakinan pada diri konsumen dalam mengkonsumsi jasa yang ditawarkan. Dimensi ini sangat penting karena melibatkan persepsi konsumen terhadap resiko ketidakpastian yang tinggi terhadap kemampauan penyedia jasa. Perusahaan membangun kepercayaan dan kesetiaan konsumen melalui karyawan yang terlibat langsung menangani konsumen. Jadi komponen dari dimensi ini terdiri dari kompetensi karyawan
yang meliputi ketrampilan, pengetahuan yang dimiliki karyawan untuk melakukan pelayanan dan kredibilitas perusahaan yang meliputi hal-hal yang berhubungan dengan kepercayaan konsumen kepada perusahaan seperti, reputasi perusahaan, prestasi dan lain-lain
e. Emphaty / Empati
Emphaty merupakan kemampuan perusahaan yang dilakukan langsung oleh karyawan untuk memberikan perhatian kepada konsumen secara individu, termasuk juga kepekaan akan kebutuhan konsumen. Jadi komponen dari dimensi ini merupakan gabungan dari akses (access) yaitu kemudahan untuk memanfaatkan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan, komunikasi merupakan kemampuan melakukan untuk menyampaikan informasi kepada konsumen atau memperoleh masukan dari konsumen dan pemahaman merupakan usaha untuk mengetahui dan memahami kebutuhan dan keinginan konsumen.
Tidak dipungkiri bahwa dalam penyampaian pelayanan, sering
terdapat
perbedaan antara apa yang sudah ditetapkan dalam Standard
operating Procedure
(SOP) dengan kenyataan di lapangan. Hal ini disebut
kesenjangan (gap). Dalam
SERVQUAL sendiri juga dijelaskan lima gap yang dapat terjadi
yang
menyebabkan adanya perbedaan persepsi mengenai kualitas jasa
adalah sebagai
berikut (Lupiyoadi 2006:184-186) :
1. Kesenjangan
persepsi manajemen.
Yaitu perbedaan
antara penilaian pelayanan menurut pengguna jasa dan
persepsi manajemen mengenai harapan pengguna jasa.
Kesenjangan ini
terjadi kurangnya orientasi penelitian pemasaran,
pemanfaatan yang tidak
memadai atas temuan penelitian, kurangnya interaksi antara
pihak
manajemen dan konsumen, komunikasi dari atas ke bawah kurang
memadai, serta terlalu banyak tingkat manajemen.
2. Kesenjangan
spesifikasi kualitas.
Yaitu kesenjangan
antara persepsi manajemen mengenai harapan
pengguna jasa dan spesifikasi kualitas jasa. Kesenjangan
terjadi antara lain
karena tidak memadainya komitmen manajemen terhadap kualitas
jasa,
persepsi mengenai ketidaklayakan, tidak memadainya standarisasi
tugas,
dan tidak memadainya penyusunan tujuan.
3. Kesenjangan
penyampaian jasa.
Yaitu kesenjangan
antara spesifikasi kualitas jasa dan penyampaian jasa
(service delivery) kesenjangan ini terutama disebabkan oleh:
ambiguitas
peran, konflik peran, kesesuaian pegawai dengan tugas yang
harus
dikerjakan, kesesuaian teknologi yang digunakan pegawai,
sistem
pengendalian dari atasan yaitu sistem penilaian dan sistem
imbalan,
perceived control, yaitu sejauhmana pegawai merasakan
kebebasan, atau
fleksibilitas untuk menentukan cara pelayanan, team work
yaitu sejauh
mana pegawai dan manajemen merumuskan tujuan bersama.
4. Kesenjangan
komunikasi pemasaran.
Yaitu kesenjangan
antara penyampaian jasa dan komunikasi eksternal.
5. Kesenjangan dalam
pelayanan yang dirasakan.
Yaitu perbedaan
presepsi antara jasa yang di rasakan dan yang diharapkan
oleh konsumen. Jika
keduanya terbukti sama, maka perusahaan akan
memperoleh citra dan dampak positif.
Jika kinerja
produk atau jasa lebih rendah dari harapan, konsumen akan
merasa tidak puas.
Jika kinerja sesuai harapan maka konsumen akan merasa puas,
jika kinerja sampai
melebihi harapan, maka konsumen akan merasa sangat puas
(delighted).
Masih menurut Kotler (Tjiptono, 1996:148) dalam mengukur kepuasan
pelanggan terdapat empat metode, yaitu :
1. Sistem keluhan dan
saran, artinya setiap perusahaan yang berorientasi pada
pelanggan perlu memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi
para
pelanggannya untuk menyampaikan saran, pendapat, dan keluhan
mereka.
Media yang bisa digunakan meliputi kotak saran yang
diletakkan di
tempattempat strategis, menyediakan kartu komentar,
menyediakan
saluran telepon.
2. Survei kepuasan
pelanggan, artinya kepuasan pelanggan dilakukan dengan
menggunakan metode survei, baik melalui pos, telepon, maupun
wawancara pribadi. Dengan melalui survei, perusahaan akan
memperoleh
tanggapan dan umpan balik secara langsung dari pelanggan
sekaligus juga
memberikan tanda positif bahwa perusahaan menaruh perhatian
terhadap
para pelanggannya. Pengukuran kepuasan pelanggan melalui
metode ini
dapat dilakukan dengan berbagai cara,di antaranya sebagai
berikut.
a. Directly reported
satisfaction, yaitu pengukuran dilakukan secara
langsung melalui pertanyaan, seperti sangat tidak puas,
tidak puas,
netral, puas, dan sangat puas.
b. Derived
dissatisfacatin, yaitu pertanyaan yang menyangkut besarnya
harapan pelanggan terhadap atribut.
c. Problem analysis,
artinya pelanggan yang dijadikan responden untuk
mengungkapkan dua hal pokok, yaitu
(i) masalah masalah
yang mereka hadapi berkaitan dengan penawaran dari
perusahaan, dan
(ii) saran-saran
untuk melakukan perbaikan.
d.
Importance-performance analysis, artinya dalam teknik ini responden
dimintai untuk me-ranking berbagai elemen dari penawaran
berdasarkan pentingnya elemen.
3. Ghost shopping,
artinya metode ini dilaksanakan dengan cara
memperkerjakan beberapa orang (Ghost shopper) untuk berperan
atau
bersikap sebagai pelanggan/pembeli potensial produk
perusahaan dan
pesaing. Kemudian Ghost sopper menyampaikan temuan-temuan
mengenai kekuatan dan kelemahan produk perusahaan dan
pesaing
berdasarkan pengalaman mereka dalam pembelian produk-produk
tersebut.
4. Lost customer
analysis, artinya perusahaan menghubungi para
pelanggannya yang telah berhenti membeli atau yang telah
beralih
pemasok dan diharapkan diperoleh informasi penyebab
terjadinya hal
tersebut.
Dalam konteks ini, Malai dan Speece (2002) menguraikan 4
(empat) fase atau tingkatan loyalitas, yaitu:
1. Cognitive loyalty
Di sini, loyalitas
terbentuk berdasarkan informasi semata. Loyalitas
kognitif lebih didasarkan pada karakteristik fungsional,
terutama biaya,
manfaat dan kualitas. Jika ketiga faktor tersebut tidak
baik, pelanggan akan
mudah pindah ke produk lain. Pelanggan yang hanya
mengaktifkan tahap
kognitifnya dapat dihipotesiskan sebagai pelanggan yang
paling rentan
terhadap perpindahan karena adanya rangsangan pemasaran
(Dharmmesta,
1999).
2. Affective loyalty
Sikap merupakan
fungsi dari kognisi pada periode awal pembelian (masa
sebelum konsumsi) dan merupakan fungsi dari sikap sebelumnya
ditambah
dengan kepuasan di periode berikutnya (masa setelah
konsumsi). Pada
loyalitas afektif, kerenta-nan pelanggan lebih banyak
terfokus pada tiga
faktor, yaitu ketidakpuasan dengan merek yang ada, persuasi
dari pemasar
maupun pelanggan merek lain, dan upaya mencoba produk lain
(Dharmmesta, 1999).
3. Conative loyalty
Konasi menunjukkan
suatu niat atau komitmen untuk melakukan sesuatu.
Niat merupakan fungsi dari niat sebelumnya (pada masa
sebelum
konsumsi) dan sikap pada masa setelah konsumsi. Maka
loyalitas konatif
merupakan suatu loyalitas yang mencakup komitmen mendalam
untuk
melakukan pembelian. Hasil penelitian Crosby dan Taylor
(1983) yang
menggunakan model runtutan sikap: keyakinan – sikap – niat
memperlihatkan komitmen untuk melakukan (niat) menyebabkan
preferensi pemilih tetap stabil selama 3 tahun.
4. Action loyalty
Aspek konatif
atau niat untuk melakukan berkembang
menjadi perilaku
dan tindakan. Niat yang diikuti oleh motivasi, merupakan
kondisi yang
mengarah pada kesiapan bertindak dan keinginan untuk
mengatasi
hambatan dalam
melakukan tindakan tersebut. Pelanggan yang
terintegrasi penuh pada tahap loyalitas tindakan dapat
dihipotesiskan
sebagai pelanggan yang rendah tingkat kerentanannya untuk
berpindah ke
produk lain.
5 Cara untuk Membangun
Loyalitas Pelanggan
Saat ini untuk melakukan sebuah penjualan
kebanyakan lebih berkonsentrasi terhadap penjualan baru atau sekedar mengejar
keuntungan yang lebih besar. Tapi belum tentu pelanggan akan bisa menjadi
customer loyal. Menjaga bisnis Anda agar tetap berkembang adalah dengan cara
membuat konsumen atau pelanggan menjadi loyal kepada kita.
Rahasia untuk menindaklanjuti bisnis agar terus
berkembang salah satu caranya adalah dengan memberi kesan positif kepada
pelanggan.
Contoh sederhana yang bisa Anda lakukan dengan
mudah misalnya ketika Anda menelepon pelanggan untuk mengucapkan “terima kasih”
dan cobalah untuk mencari tahu apakah konsumen senang dengan produk atau jasa
Anda?
Selain itu, ada beberapa cara yang cukup efektif
untuk menindaklanjuti dan bisa memastikan bahwa bisnis Anda akan selalu diingat
oleh konsumen:
1. Biarkan pelanggan tahu apa yang Anda
lakukan untuk mereka.
Ini bisa dilakukan dalam bentuk pengiriman
newsletter yang dikirimkan kepada pelanggan, atau bisa lebih informal, seperti
panggilan telepon. Apapun metode yang Anda gunakan, kuncinya adalah untuk
memberitahukan secara personal kepada pelanggan dan pastinya mereka akan lebih
merasa dihargai dengan kita memberikan info-info terbaru tentang produk atau
jasa kita. Jika Anda tidak pernah memberitahukan produk atau program promo yang
Anda tawarkan mungkin konsumen tidak akan tahu.
2. Tetap perlakukan konsumen secara personal.
Meninggalkan pesan suara, email ataupun alat
komunikasi lain yang tidak bisa menghubungkan kita secara langsung sepertinya
akan membuat kedekatan kita dengan konsumen terlihat agak kurang. Cobalah untuk
membangun hubungan yang baik secara personal dengan konsumen seperti misalnya
Anda bisa sesekali datang kekantornya atau tempat usaha mereka. Meski
hanya sekedar untuk melihat-lihat aktifitasnya, namun dengan Anda berkunjung
ketempat pelanggan mungkin saja Anda bisa belajar lebih dari kegiatan
sehari-hari yang dilakukan oleh pelanggan Anda.
3. Mengingatkan Acara-acara special kepada Pelanggan
Kirim kartu ucapan ulang tahun kepada pelanggan,
mengirim kartu ucapan perayaan hari besar, ataupun memberikan hadiah special
kepada pelanggan adalah cara follow up yang sangat baik untuk membangun loyal
konsumen.
4. Menyampaikan informasi.
Jika Anda kebetulan sedang membaca sebuah artikel,
melihat sebuah buku baru, atau mendengar tentang sebuah organisasi yang
pelanggan mungkin akan tertarik, buat sebuah pesan singkat kepada pelanggan
agar informasi yang baru Anda dapatkan tersebut bisa segera sampai kepada
mereka.
5. Layanan Pelanggan
Sebisa mungkin buatlah komunikasi Anda dengan pelanggan jauh
lebih mudah. Jangan sampai ketika pelanggan Anda membutuhkan layanan after sales dari Anda namun
kenyataannya Anda sangat sulit untuk dihubungi. Jika mungkin terlalu sibuk,
Anda juga bisa menunjuk seorang customer service
untuk membantu Anda menanggapi jika ada keluhan dari pelanggan. Respon cepat
dan tanggap, akan membuat pelanggan menjadi lebih percaya bahwa perusahaan Anda
benar-benar serius untuk melayani konsumen dengan baik
0 komentar:
Posting Komentar